Langit terluka membisu
Bumi meratap keliru
Baru tertanya
Apa salah dan dosaku
Tika mencari tiada
Yang tersembunyi di mana
Apa yang ada
Hanya kata tanpa suara
Sang mentari senyumlah sepanjang zaman
Yang memberi segunung sinar harapan
Tiap pagi wajahmu pasti menjelma
Tiap janji pun tidak kau dustainya
Bila mentari enggan tersenyum
Alam jua turut derita bersama
Dengarilah pandangilah sentuhilah rasailah
Yang tertinggal cuma hati dan kalimah
Bila terbukti firasat
Akan ketemu hakikat
Pasti semua
Akan musnah dan binasa
Suluhi arah haluan
Agar mengenal jalanan
Di waktu pulang
Tidak sesat kegelapan
Ku selami cintanya
Ku rindui hikmahnya
Tiap masa kucari segenap suasana
Ku kagumi sucinya
Ku mencari mistiknya
Tiba waktu kupasti akan ketemu jua
Hayatilah agungnya
Abadilah kasihnya
Dan semoga mentari sudi lagi bersama
Syukurilah nikmatnya
Kembalilah padanya
Dan semoga mentari masih tersenyum manja
(Pak Ngah/Hairul Anuar Harun)
Jamal:
Seri Langkat Kuala Tungkal...amboi...
Padi pulut enak rasanya...sayang...
Amelina:
Kalaulah kail kalaulah kail panjang sejengkal
Janganlah laut hendak diduga
Jamal & Amelina:
Amboi...Seri Langkat...
Amboi...Seri Langkat...
Jamal:
Dayunglah sampan menuju pulau...amboi...
Bila sampainya daku tak tahu...sayang...
Amelina:
Ombak dan badai ombak dan badai takkan ku hirau
Asalkan sampai tempat ku tuju
Jamal & Amelina:
Amboi...Seri Langkat...
Amboi...Seri Langkat...
Jamal:
Buahlah betik dalam perahu...amboi...
Enak dimakan di hari petang...sayang...
Amelina:
Hidup di dunia hidup di dunia kalau berilmu
Jadi sanjungan setiap orang
Jamal & Amelina:
Amboi...Seri Langkat...
Amboi...Seri Langkat...
Jamal:
Seri Langkat lagunya ini...amboi...
Bunga melati di dalam hidup...sayang...
Amelina:
Bagaikan sifat bagaikan sifat si batang padi
Makin berisi tambah menunduk
Jamal & Amelina:
Amboi...Seri Langkat...
Amboi...Seri Langkat...
(Hakcipta Terpelihara)
Istana mana
Seri mana tiangnya tiada
(he ya alah he ya)
Teratak mana
Anjung mana tiangnya tiada
(he ya alah he ya)
Tiada umpama baru lama
Madah pun tiada satu dua
Lupa jangan dek lupa
Lima masa...masa lima...
(sebelumlah lima)
Masa masa muda
Belum tua
Masa masa kaya
Tidak lara
Masa merana biar masa bergembira lawa
(he ya alah he ya)
Tiada masa biar masa punya luang lewa
(he ya alah he ya)
Berjalan berdiri lari lari
Berlenggok berlenggang
(kanan alah kiri)
Bermadah berlagu hari hari
Berentak berayun
(kanan alah kiri)
Masa belum masa tiada seri
Toleh tak menoleh
(kanan alah kiri)
Himpun mari himpun tiang seri
Geleng mari geleng
(kanan alah kiri)
Istana bermadah pergi pergi
Teratak berlagu
(mari alah mari)
Duyun mari duyun pergi pergi
Bila berkumandang
(mari alah mari)
(Kazaruddin Saisi)
Bila musim bunga tiba
Halamanku indah berseri
Cantik bunga indah mempesona
Hati riang tak terperi
Bila musim gugur tiba
Bunga jatuh ke bumi juga
Hatiku pun hiba melihatnya
Nasib bunga tiada lama
Begitu juga insan
Hidupnya seperti roda
Tak ubahnya bak bunga
Bila layu tak berharga
Dari itu ingatlah bunga
Kau mekar banyak yang sudi
Bila layu kau tak berharga
Nasib bunga tiada lama
(Hakcipta Terpelihara)
Bergema suara
Di tabir malam
Mengalun qasidah
Dengan penuh rasa syahdu
Tak sempat bertanya
Engkau melangkah
Hatiku tersingkap
Rasa cinta penuh rindu
Oh di mana
Ku bertanya
Jejakmu mana halanya
Aduhai rindu semakin membara
Kalaulah luka boleh disembuh
Senyuman adik penawar sakti
Kalaulah cinta boleh diatur
Hanyalah adik abang menanti
Bukan kata sebarang kata
Kata hati tulus dan suci
Kalaulah hatimu
Relaku sentuh
Ku ingin beradu
Dalam kasih belaianmu
Oh asyiknya
Kalau cinta
Denganmu menjadi nyata
Tidaklah lagi kasihku gerhana
Luka di tangan nampak darahnya
Luka di hati siapa yang tahu
Kalaulah abang boleh bercinta
Adik seorang pilihan kalbu
Ingin abang bersamamu
Nyanyi lagu ghazal asmara
(Jamal Abdillah/Siso)
Berkain labuh bersanggul lentang
Ikal rambutnya nampak berbayang
Manislah sungguh adik dipandang
Siang teringat siang teringat
Malam terkenang
Pakai selendang berjurai lima
Selendang panjang darilah bentan
Bila ku pandang bulan purnama
Bagai melayang bagai melayang
Wajahmu intan
Sopan manis bersopan
Buat hati tertawan
Pandang sekali pandang
Hati rindu-rinduan
Pagilah hari duduk bersulam
Bersulam kain di tapak tangan
Kalau diberi buat pilihan
Adik sorang adik seorang
Abang inginkan
Petik kenanga kembang di taman
Buat hiasan pemanis diri
Bukanlah rupa hati berkenan
Adatlah sopan adatlah sopan
Menambat hati
Idam hati mengidam
Ingin hidup bersama
Kenan rasa berkenan
Dari pandang pertama
Itu Siti Nurbaya
Gadis jadi sebutan
Anggun tiada tara
Bak permata idaman
(Siso)
Siapa bisa menghalang
Siapa mampu menentang
Kepulangan seorang hamba
Rasa kasih tiba akhirnya
Teranglah kandil kemilau
Limpahkan sinar memukau
Di seluruh kelamnya hati
Menyembuh cinta simpati
Tiap waktu aku merintih
Di syurga bisa kita bertemu
Sekian lama ku cuba mencari
Rupanya di dalam diri
Ku lemparkan
Selimut malamku
Yang bersalut api
Nan membara
Ku hamparkan
Segenap jiwaku
Yang kecundang dulu
Dan bangun semula
(Pak Ngah/Hairul Anuar Harun)
Lamalah sudah
Hambalah mengidam hambalah mengidam
Menyanyi lagu
Menyanyi lagu irama dulu
Indah pantun gurindam jiwa
Bagai alun suara bonda
Suara bonda waktu di riba
Kalau tidur sudah terjaga
Mahu saja rasanya hamba
Tidur semula
Lembut irama
Membelai di jiwa membelai di jiwa
Sentuhan kasih
Sentuhan kasih bonda tercinta
Kalau rindu mulut berdendang
Lagu dulu lagulah dulu
Nyanyian bonda nyanyianlah bonda
Kalau salah maafkan hamba
Bukan hamba canggung berdendang
Lagu Melayu
Bukanlah madah sebarang madah
Madah pusaka tinggalan yang dulu
Bukanlah megah sebarang megah
Megah berdendang irama dahulu
Pesanlah ibu
Kalaulah berkata kalaulah berkata
Rendah suara
Rendah suara jangan meninggi
Hati orang perlu dijaga
Jangan sampai tersinggung rasa
Tersinggung rasa sampailah ke mati
Adat lama jangan dilupa
Itu sendi tegaknya budi
Pesanlah bonda
Janganlah canggung rentak rebana
Biar serasi hai dengan tarinya
Bila dijunjung adatlah lama
Baru Melayu rasalah di jiwa
Walau di mana letaknya diri
Adat pusaka janganlah dilupa
Warisan bangsa jangan ke tepi
Itulah pesan pusakalah bonda
Pusaka bonda
Pusakalah bonda
(Yusri Yusuf/Siso)
Dahan yang mana bercambah busar
Lebat daun kan gugur jua
Laut yang mana tiada gelombang
Lambat laun tiba gelora
Kasih yang mana berkasih seorang
Tepuk si bujang berbalas ragam
Bukanlah ganjil kasih menghilang
Putus kasih salah siapa
Kasih yang mana berkasih seorang
Pungguk di ladang masih menanti
Memang diharap kasih yang hilang
Patah tumbuh hilang berganti
Pilu di rusuk hati
Pilu di rusuk siapa yang tahu
Malang dirundung malang
Pilu dan malang ku tanggung sendiri
Pilu di rusuk hati
Pilu di rusuk menekan jiwa
Sayang dirundung malang
Pilu di sana
Pergilah hai pergi
Malang dirundung malang
Pilu dirusuk pergilah hai pergi
Pilu di hati jangan kembali
(Raja Kobat)
Aduhai rindu rasanya diri
Kampung halaman yang ku tinggalkan
Sejuknya air tepian kali
Lamalah tidak menyentuh badan
Bujur melintang jerami padi
Mengalas kaki di bendang ayah
Hanyirnya lumpur tak ku segani
Itulah resam anaklah desa
Mana gendang dipalu
Dengan tari warisan ibunda
Mana orang berlagu
Dengan pantun berkias seloka
Lama sudah ku nanti
Desa ini hai berseri
Aku pulang jauh dari rantauan
Demi kasih pada tanah tercinta
Walau hidup manis berhujan emas
Kampung laman masih kukuh di jiwa
Mari nyanyi dek marilah menyanyi dek
Lagulah yang baru dek berlenggok yang dulu
Mari tari dek marilah menari dek
Rentaklah yang baru dek berakar yang dulu
(Khir Rahman/Siso)
BACK TO TOP
Diterbitkan : 1998 Warner Music (M) Sdn Bhd
*Koleksi FATHIL HIDAYAT 2000*